Senin, 09 Juli 2012

Menggapai hikmah ramadhan


 
Seribu satu pelajaran membentang mengiringi perjalanan Ramadhan. Sejuta hikmah bertebaranmenemani hamba-hamba Allah yangtetap bersemangat memburu pahala ada pelajaran besar yang jelas terlihat. Tapi tidak sedikit yang terasa kecil, padahal begitu berarti. Diantara yang terasa kecil tetapi begitu berarti adalah memberi.
Memang, memberi tidak semudah yang dibayangkan. Sulit tidak semua orang mampu melakukann itu. Harus ada perubahan-perubahan diri agar memberi bukan suatu yang memberatkan. Apalagi menyusahkan.

Setidaknya ada tiga penyakit diri yang sulit berkompromi dengan memberi. Pertama, sifat kikir. Penyakit ini tergolong kronis karena sangat berhubungan dengan keimanan seseorang. Ia seolah tidak mengakui semua yang dimiliki Cuma titipan. Bukan milik pribadi buat selamanya. Suatu saat, ia akan berpisah dengan yang ia miliki buat selamanya. Dalam suatu riwayat Rasulullah bersabda yang artinya :” tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba kekikiran dan keimanan”(HR. Athayalisi)
Kehancuran umat sebelum Rasulullah SAW adalah karena sifat kikir mereka. Sulit membayangkan suatu persatuan, kesertaan, dan kebersamaan tanpa bersih dari kikir; kikir harta, ilmu, perhatian, pengayoman, penghormatan, dan lain-lain.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :” jauhilah kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan (umat-umat) sebelum kamu” (HR. Muslim)
Penyakit kedua, adanya sifat sombong. Sifat ini punya dua arah keburukan; menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Bagaimana mungkin seorang  bisa tergerak untuk memberi kalau ia tidak peduli dengan urusan saudara-saudaranya seiman. Dan sulit mengharapkan sebuah kepedulian kepada orang yang menganggap rendah orang lain.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :” ada tiga perkara yang membinasakan. Yaitu, hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri” (HR. Athbrani dari Anas).
Penyakit  ketiga, cinta dunia. Kata cinta tidak akan muncul sebelum interaksi yang terus menerus dengan yang dicintai. Inilah bahayanya tujuan Allah berupa kemudahan rezeki orang menjadi begitu mudah menuruti hawa nafsu kelak, nafsulah yang mengendalikan pemiliknya. Ketika nafsu menjadi penguasa, yang ada hanya pemburuan kenikmatan. Apapun dilakukan demi kepuasan hidup.
Bayangkan, orang yang haus kepuasan dunia seperti itu tidak bisa diharapkan memberi sekali lagi sulit. Maha benar Allah dalam firmannya. Yang artinya:” sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh kedalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai.dan  orang-orang yang kafir itu bersenang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka”(QS. 47 Muhammad 12)
Dalam timbangan islam, memberi bukan sekedar memberi sesuatu untuk orang lain. Lebih dari itu. Islam mengajarkan memberi dengan sesuatu yang terbaik, bukan sekadarnya. Allah berfirman, yang artinya :” kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan(yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS.3 Ali Imran 92).
Seorang sahabat Rasulullah, Thalhah, pernah memberi contoh ketika akan menjamu tamu Rasulullah SAW di rumahnya. Padahal, ia dan keluarga tak punya apa-apa kecuali dua porsi makanan yang direncanakan untuk ia, isteri dan anak-anak.
Thalhah tak kehilangan akal. Ia siapkan sebuah rencana bersama isterinya ketika makan buat tamu terhidangkan, lampu dimatikan. Sang tamu tidak tahu kalau Cuma dirinya yang makan. Sementara tuan rumah tidak.
Paginya, Thalhah menghadap Rasulullah. Rasulullah mengatakan kalau ada ayat turun semalam berkenaan dengan Thalhah. Saat itulah, sang tamu tersadar kalau Cuma dirinya yang makan semalam.
Ramadhan memberikan banyak makna, bahwa hidup tak selalu menerima. Akan selalu ada kelebihan yang patut disyukuri. Dan memberi adalah salah satu wujud syukur seorang hamba kepada Penciptanya. Dengan ramadhan kita kikis segala sifat yang akan menyumbat diterimanya segala amal ibadah kita.

0 komentar:

Posting Komentar